Pulang

 Seokjin baru saja menyelesaikan makan malamnya dirumah dinas Namjoon bersama dengan Hani. Namjoon melarangnya membersihkan alat makan yang kotor dan Hani memaksa Seokjin untuk menemaninya tidur sebelum Seokjin pulang kerumah. Sejujurnya Seokjin merasa sangat tidak enak, padahal dirinya bukan siapa-siapa, setidaknya untuk sekarang. Tapi ia merasa Hani menganggapnya lebih dari seorang paman.

Setelah dirasa Hani sudah terlelap dari tidurnya, Seokjin keluar dari kamar Hani dan Namjoon ada di ruang tengah sambil menatap layar laptopnya yang menampilkan grafik dari pekerjaannya. Seokjin tidak mengerti, dan enggan untuk bertanya juga. 

Namjoon terdistrack dengan langkah kaki Seokjin yang mendekat lalu menyuruhnya duduk di sampingnya, "Baru kali ini, saya melihat hani seperti itu." ujar Namjoon. Seokjin hanya tersenyum sambil memainkan ibu jarinya, canggung. "Uhm, tidak apa-apa kok. Aku juga tidak keberatan. Namjoon sedang sibuk?" Seokjin bertanya pada lelaki yang ada disampingnya.

Namjoon menggeleng, "Tidak, hanya sedang menilik pekerjaan yang tadi siang." Jawabnya singkat. Seokjin mengerjap, "Apa menjadi menteri selalu sesibuk itu? Sampai pekerjaan dibawa ke rumah? Bagaimana dengan waktu istirahat? Apa cukup?" 

Namjoon terkekeh kecil lalu menepuk kepala Seokjin gemas, "Sudah resiko sebagai wakil rakyat dalam membangun ekonomi negara, Seokjin-ah. Kalau tidak lelah bukan bekerja namanya". Seokjin mengembungkan pipinya kecil, " Uhhh aku tidak bisa membayangkan jika itu terjadi kepadaku. Namjoon pasti sulit untuk me time, nonton netflix seharian di kamar, makan kudapan dan snack sepuasnya, jalan-jalan diwaktu sibuk, dan tidur seharian tanpa gangguan. Sungguh luar biasa" 

"Memangnya kamu masih sering melakukan itu?" tanya Namjoon. Seokjin mengangguk antusias, "Tentu saja! Disaat aku sedang tidak ingin pergi ke toko, aku hanya menitipkan toko pada karyawanku dan mengawasi mereka lewat CCTV dari handphoneku. Aku akan menikmati waktu malasku dengan tiduran di kasur dan sebagai macamnya" jawab Seokjin tercengir lebar dan Namjoon kembali terkekeh, "Sungguh, kamu ini betulan 30 tahun bukan sih?" 

"Namjoon tidak percaya? Aku bisa menunjukan kartu Identitas ku tuh!"

"Apa foto di kartu Identitas nya sama lucu nya dengan wajah aslinya?"

Seokjin langsung merona. ia memukul lengan Namjoon beberapa kali dan menutupi wajahnya yang merah, "Be-berisik!" 

"Kata pengangum kamu di internet, aku jelek" ucap Seokjin dengan nada tak terima. Raut wajah Namjoon juga ikut tak terima, "Siapa namanya?" tanyanya dan Seokjin bergidik ngeri, "Ya nggak tahu! Nggak mau tau juga! Aku sebel!"

"Cantik gini kok dibilang jelek" ujar Namjoon. Sekali lagi, Seokjin dibuat merona oleh Namjoon. Ia langsung salah tingkah dan berdiri membelakangi Namjoon, "A-aku mau pulang!" katanya dan Namjoon mengangguk. "Ayo, saya antar" jawab Namjoon dan Seokjin oun tersenyum senang. 

xx

Namjoon sengaja tidak memakai supir dan mengendarai mobil pribadinya untuk mengantar Seokjin pulang. Alasannya, karena ia ingin tahu rumah Seokjin, dan juga ingin berduaan dengan lelaki imut yang membuatnya mungkin sedikit membuka hati. Sebelumnya Namjoon tak pernah se niat ini dengan teman kencannya. 

Namjoon bukanlah seorang menteri yang pure bersih. Ia juga sering "menyewa" orang jika dirinya sedang ingin bercinta, bermain bersama para wanita atau pria yang bisa ia tiduri dalam satu hari, tapi tak pernah ada yang bisa membuka hatinya untuk menjalin hubungan lagi. 

Katakanlah dia seorang lelaki yang tidak bisa move on, tapi menurut Namjoon tidaklah mudah untuk membuka hati kepada orang baru jika ia pernah mencintai orang.  Namjoon memang sudah tidak mencintai Hyejin, tapi hatinya tidak bisa melupakan hyejin. Bagaimanapun mereka pernah saling mencinta, tapi kandas karena keegoisan. Jujur, Namjoon memang menyesalinya. Tapi apalah daya, Nasi sudah menjadi bubur. Kini Hyejin bukan lagi miliknya, ia hanya bisa menerima keadaan dan menunggu kapan hati nya siap untuk menerima cinta dari seseorang.

Seokjin menepuk pipi Namjoon yang sedari tadi diam di sampingnya, merasa canggung karena hanya ada mereka berdua dimobil dan tak ada percakapan. "Pak menteri lagi mikirin apa?" tanya Seokjin. Namjoon menggeleng kecil, "Bukan apa-apa, hanya terlalu fokus menyetir" jawabnya sambil tersenyum kecil dan Seokjin mengangguk sambil bergumam Oh.

"Terimakasih Namjoon, hari ini aku senang sekali. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya, makan malam bersama, menidurkan anak kecil, semua ini pengalaman baru untukku!" ujar Seokjin melirik Namjoon. Namjoon mengulum senyumnya, "Kamu tidak keberatan dengan Hani? dengan statusku seorang duda?" tanya Namjoon dan Seokjin terbahak.

"Kalau aku bilang tipeku adalah hot daddy seperti kamu, kamu marah gak?" tanya Seokjin balik. Namjoon menghentikan mobilnya di sisi jalan lalu menatap Seokjin dan menggeleng, "Tidak" jawabnya singkat.

"Kenapa mobilnya di hentikan?" tanya Seokjin lagi. Jalanan disitu sangat sepi karena sudah masuk jam tengah malam dan hanya satu atau dua mobil yang melintas di jalanan. "Seokjin, kamu mau jalanin hubungan sama saya lebih dari seorang teman?" tanya Namjoon. Seokjin dibuat kaku dengan pertanyaan Namjoon.

"Ke-kenapa tiba-tiba?" tanya balik Seokjin. Namjoon mengulum bibirnya, "hidup saya dan Hani tergantung iya atau tidaknya jawaban kamu" ujar Namjoon. Seokjin membasahi bibirnya dengan canggung, "Aku tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya, Namjoon" jawab Seokjin.

"Tapi.." lanjutnya.

"Aku ingin mencoba menjalani hubungan, bersama kamu."

Namjoon langsung memeluk Seokjin dan membuang nafasnya. "Terimakasih Seokjin" ucap Namjoon dan Seokjin memeluk Namjoon balik sambil tersenyum. 

Kini Namjoon dan Seokjin telah sampai di depan rumah Seokjin. Bukan tipikal Rumah sederhana tapi bukan juga tipikal Rumah mewah. Seokjin bilang dia hanya tinggal sendirian dirumahnya, Orang tuanya berada jauh di desa dan sibuk menjadi nelayan besar. 

"Cepat sekali, padahal jarak rumahnya dari rumah dinas saya terbilang cukup jauh" ucap Namjoon berdiri didepan Seokjin sambil bersandar di pintu mobil. Seokjin terkekeh, "Namjoon, lain kali sebutnya aku-kamu, boleh?" pinta Seokjin. Namjoon tersipu lalu menggaruk pipinya dengan telunjuknya, "Saya seperti remaja yang kembali jatuh cinta, Seokjin-ah"

"Aku..."

"Oh, okay.. Aku"

Seokjin menendang kecil kerikil yang ada di bawahnya lalu menggoyangkan tubuhnya canggung, "Uhm.. So, good bye?" 

Namjoon terkekeh kecil, "No, Seokjin. Good night" tepis Namjoon dan Seokjin ikut tertawa. "Oke. Selamat malam, Namjoon" kata Seokjin tapi gelagatnya seperti enggan berpisah. Begitupula dengan Namjoon yang tak segera masuk ke mobil untuk berpisah dengan Seokjin.

"Kenapa? masih ingin bertemu ya?" tanya Namjoon yang melihat Seokjin enggan masuk ke rumahnya. Telinga Seokjin langsung memerah dan ia menundukan kepalanya. "Hey, cantik. Lihat sini" ucap Namjoon sambil memegang dagu Seokjin.

"Aku juga tidak ingin berpisah secepat ini, tapi besok kita sama-sama harus bekerja dipagi hari. Sore kalau aku sudah tidak ada kerja, aku jemput di toko bagaimana, deal?" tanya Namjoon sambil mengusap pipi Seokjin dengan ibu jarinya. 

Seokjin mengerutkan bibirnya lalu mengangguk kecil, "deal" jawabnya. Namjoon tersenyum lalu mendekatkan wajahnya pada Seokjin dan mengecup bibir dan pipi Seokjin tanpa aba-aba dan Seokjin langsung membelalakan matanya. 

"So, Good night, Tomato. Aku pulang duluan sebelum diriku berbuat lebih dari ini" ujar Namjoon sambil membelai rambut Seokjin lalu ia bergegas masuk ke mobil dan meninggalkan Seokjin yang masih terpaku dengan perbuatan Namjoon.


"Shit, its my first kiss." gumam Seokjin dan hatinya sangat berdebar hingga keesokan harinya.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hani

Pengakuan Jungkook

First meet