First Date
Namjoon dan Seokjin duduk di sebuah kedai outdoor di puncak lembah dengan pemandangan lampu kota yang menyala terang. Sudah hampir dua jam keduanya duduk berdampingan dengan tangan Namjoon yang menggenggam tangan Seokjin yang lebih mungil darinya dan Seokjin yang bersandar di bahu Namjoon.
Seokjin bercerita mengenai masa lalunya bersama Taehyung begitupula dengan Jungkook kepada Namjoon yang penasaran kenapa orang itu sangat membenci Seokjin. Merasa sudah mengerti dengan keadaannya, Namjoon menyuruh Seokjin berhenti bercerita karena takut membuka lama Seokjin.
"Tapi aku udah nggak ada rasa kok sama dia, itu cuma bagian masa lalu" ujar Seokjin sambil mengadah kearah wajah Namjoon. Namjoon mengangguk lalu mengusap pipi Seokjin, "Aku percaya, tomato." Jawabnya.
Seokjin tersenyum, "Kenapa aku dipanggil tomato?" tanyanya. "Kamu lucu kalau lagi malu, wajahnya langsung merah kaya tomat. Telinganya juga" jawab Namjoon, dan Seokjin sukses dibuat malu.
"Tuhkan kamu malu ya!" Sambung Namjoon sambil terkekeh. Seokjin menyembunyikan wajahnya di lengan Namjoon, "E-enggakkk!!!" kata Seokjin.
Seokjin menghela nafas dan mengulum bibirnya, "Namjoon nggak cemburu kan sama Taehyung?" tanyanya ragu. Namjoon mengernyitkan dahinya sambil menatap Seokjin, "Kenapa harus cemburu? Masa lalu kamu ya biar jadi masa lalu aja. Justru aku yang harus tanya sama kamu, kamu cemburu nggak kalau aku masih deket sama mantan istri?" tanya balik Namjoon dan Seokjin mengerucutkan bibirnya kecil.
"Gak tahu. Tapi rasanya sebel aja kalau kamu deket-deket sama orang lain pas udah punya aku" jawabnya dan Namjoon langsung tertawa, "Ih posesif!" sambil menjawil dagu Seokjin.
"Tapi kan hyejin-ssi itu gimanapun tetep mamanya Hani, jadi aku nggak bisa larang kamu untuk komunikasi sama hyejin-ssi." sambung Seokjin. Namjoon memeluk Seokjin dari samping, "Mohon pengertiannya ya, sayangku" ujar Namjoon dan Seokjin mengangguk sambil membenamkan wajahnya di dada Namjoon, "Un.." gumamnya.
Keadaan di kedai itu tidak cukup ramai. Masih ada kustomer selain mereka berdua namun mereka tidak menghiraukannya. Namjoon sengaja mengajak Seokjin ke kedai sederhana dengan makanan yang sederhana dan bukan makanan bintang 5, Namjoon ingin Seokjin tahu dimana tempat kesukaannya selagi ingin menyendiri. Pemandangan kota membuat perasaannya begitu tenang setelah lelah bekerja keras.
"Namjoon, nasi gorengnya enak" kata Seokjin sambil mengunyah dengan pipi yang penuh. Namjoon tersenyum sambil mengangguk, "iya kan! ini kedai makanan paling enak yang pernah jadi tempat singgahku. Tempat ini tempat khusus yang sering aku singgahi, sendirian" ujar Namjoon. Seokjin melirik Namjoon dengan mata memicing, "Berarti kedai ini spesial dong buat kamu?" tanyanya.
Namjoon mengangguk, "sangat!"
"pernah bawa orang lain kesini?"
Namjoon menatap Seokjin, "Hmmm... apa ini pertanyaan jebakan?" tanya balik. Seokjin mengangkat kedua bahunya, "tergantung jawaban kamu!"
Namjoon menangkup kedua pipi Seokjin sambil menggoyangkan nya, "Listen tomato, satu-satunya orang pernah aku bawa kesini itu Hani, ketika dia umur 1 tahun, pas aku cerai sama Hyejin. Hyejin aja nggak tau tempat ini. yang tau cuma aku, sama kamu sekarang" jawab Namjoon sambil mencuri kecupan singkat di bibir Seokjin karena ia gemas.
Seokjin tersenyum puas dan menyengir. Namjoon hanya menghela nafasnya lalu mengacak-acak rambut Seokjin, "Aku seneng dengernya. Berarti aku spesial dong buat kamu?". Namjoon terkekeh, "kamu masih tanya, hm?" Sambil ia kecup pipi Seokjin.
Namjoon dan Seokjin menikmati waktu nya di kedai itu sampai tak terasa bahwa hari sudah semakin gelap dan tersisa mereka berdua di kedai itu. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pulang. Sepanjang jalan tangan Namjoon tak ingin melepas genggamannya pada tangan Seokjin. Walaupun Seokjin sudah terpejam, ketika Namjoon mau melepas tangannya pun, Seokjin mengeratkannya kembali sambil menggeleng tak ingin lepas.
Tak terasa mereka sudah didepan rumah Seokjin. Namjoon keluar dari mobilnya dan membuka pintu sebelah Seokjin lalu membangunkan si cantiknya dengan tepukan pelan di pipi dan Seokjin pun terbangun. "Nghh, udah sampe?" tanya Seokjin. Namjoon mengangguk, "Wake up, sleepy boy. Ini sudah didepan rumahmu" ujar Namjoon sambil menyeka rambut Seokjin ke belakang telinganya.
"Nghh masih ngantuk, mau gendong aja" lirih Seokjin sambil mendusel dada Namjoon dan melingkarkan lengannya di leher Namjoon. "Kamu ini anak kecil kah, hm?" ujarnya terkekeh tapi sambil mengangkat tubuh Seokjin dan menggendongnya seperti koala. Seokjin tersenyum sambil bersandar di bahu Namjoon.
"Nih kuncinya" ujar Seokjin memberi kunci rumahnya pada Namjoon. "Nah itu udah bangun. Ayo masuk, aku juga harus pulang" kata Namjoon dan Seokjin langsung memberi raut wajah tak senang.
"Pulang?" tanyanya dengan tak senang. Namjoon mengangguk, "Kenapa? kok cemberut gitu" kata Namjoon sambil menengok kearan Seokjin setelah membuka pintu rumah Seokjin dan membawanya masuk ke rumah Seokjin.
Seokjin menggeleng, "Namjoon mau pulang ya, iyaudah hati-hati" tapi ekspresinya seakan tak terima. Ia turun dari gendongan Namjoon tapi tangannya menggenggam ujung baju Namjoon, tak rela.
"Sayaaangg, kan besok masih bisa ket--"
Seokjin makin memajukan bibirnya dan menatap Namjoon dengan nanar mata yang merajuk. Namjoon menghela nafasnya lalu mengusap Pipi Seokjin.
"Oke, aku nginep. I can't do anything with that face. Aku kalah" ujar Namjoon dan Seokjin langsung tersenyum lebar sambil memeluk Namjoon. "Love you, Namjoon"
"Hmm.. Love you more my tomato" balas Namjoon mengecup pucuk rambut Seokjin.
"Tapi nggak ngapa-ngapain ya?"
"Gak janji.."
"Ih, nakal"
Namjoon pun mengikuti Seokjin masuk ke kamarnya dan tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar